Senin, 07 Desember 2015

Tokoh Al-Irsyad Kota Bogor



Media Al-Irsyad Bogor dengan sarana website nya, kini akan menampilkan tokoh tokoh Irsyadin Kota Bogor yang banyak berkiprah untuk kemajuan dan pembangunan Al-Irsyad Bogor pada khususnya dan Al-Irsyad pada umumnya.
Diantara tokoh tokoh itu adalah :
1. Ustadz Ja’far Balfas
2. Bapak Abdullah Bawahab
3. Ustadz Ja’far Abdat
4. Ustadz Ali Bisyir
5. Bapak Dr. Ir. Said Harran
6. Bapak Galib Aziz
7. Bapak Abdurrahman Said Bajened
8. Ibu Faizah Sungkar
9. Ibu Laila Syahbal
Dan banyak lagi tokoh tokoh Irsyadin Bogor yang lainnya yang Insya Allah akan kita tampilkan satu persatu dengan perjuangan yang telah mereka lakukan untuk kemajuan, pengembangan dan pembangunan Al-Irsyad bogor, baik dibidang Pendidikan, Da’wah , Sosial Ekonomi, Kesehatan, Wanita dan Putri.
Mudah mudahan dengan ditampilkannya tokoh tokoh ini akan memberikan semangat yang lebih tinggi kepada kaum muda untuk dapat meniru apa yang mereka telah lakukan dengan segala daya dan upaya untuk kebangkitan Al-Irsyad Bogor .
Untuk langkah awal kita memulai dengan tokoh kita yang dapat dikatakan paling senior pada saat ini di kota Bogor yaitu Ustadz Ja’far Umar balfas.
Meski usianya telah mencapai 83 tahun, namun ustadz Ja’far Umar Balfas masih tetap sehat dan bugar serta tetap bersemangat untuk mendorong kemajuan Perhimpunan
Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Al Irsyad harus Go Internasional! demikian pernyataan beliau yang akhir-akhir ini sering dilontarkannya dalam setiap kesempatan baik formal maupun informal. Semangatnya yang tak pernah surut tersebut merupakan ciri dari ketokohannya dalam mengabdi untuk Al-Irsyad tak dapat diragukan lagi. Dan karenanya tokoh yang satu ini namanya akan sulit dipisahkan dari Al-Irsyad.
Bila seusianya yang tergolong sepuh hanya terduduk lemah dalam penantian di akhir senja dan bahkan sudah ada yang pikun, itu tak berlaku bagi dia. Abi dari sembilan belas anak, empat diantaranya telah meninggal dunia, lima puluh dua cucu dan tiga belas cicit ini masih mampu bercerita lancar meski tidak terlalu lantang lagi seperti saat muda dulu.
Ja’far Umar Balfas atau akrab disapa Ustadz Ja’far, namanya tercatat dalam sejarah Penting Yayasan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bogor, disamping itu pula namanya terpahat dalam sejarah panjang Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Pengabdian dan karirnya di Al-Irsyad Bogor diawali sejak tahun 1939 dalam usia yang relative masih belia, 14 tahun.
Sebagai seorang pribadi yang tekun serta berkemauan keras dalam menggapai cita-citanya, putera kedua dari Umar bin Muhammad Balfas yang dilahirkan pada tanggal
26 Desember 1925 di Jakarta ini, untuk pertama kalinya duduk dalam kepengurusan Al-Irsyad Kota Bogor sebagai anggota pembantu, yang kala itu kepengurusannya masih di dominasi oleh kalangan tua atau wulaiti, kepandaian dan kemahirannya berbahasa arab membuat beliau dengan mudah cepat berinteraksi dan disukai oleh kalangan tua. Maka tak heran dalam musyawarah cabang tanggal 12 Agustus 1950, beliau diamanahi jabatan wakil sekretaris pada periode kepemimpinan Al Ustadz Umar Sulaiman Nadji Bareba. Dan sejak itulah, alumni madrasah Al-Irsyad Bogor angkatan 1933-1946 ini mulai berkecimpung secara langsung dan memainkan peranan pentingnya di Perhimpunan Al-Irsyad dengan berbagai jabatan strategis yang dimanahkan kepadanya.
Dalam Musyawarah Cabang tanggal 25 September tahun 1955, beliau dimanahi jabatan Wakil Ketua mendampingi al-Ustadz Umar Sulaiman Nadji Baraba. Demikian pula dalam musyawarah cabang pada tanggal 1 Oktober 1958 yang mengangkat Bapak Abud Azzan Abdat sebagai ketua, jabatan wakil ketua dipercayakan kembali kepada beliau sampai dengan pemilihan ketua berikutnya pada tahun 1965 yang telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cabang
Bogor selama 12 tahun, yaitu tahun 1977 dan merupakan jabatan terlama yang pernah ada sepanjang sejarah Al-Irsyad Bogor ( periode 1965 – 1977 ).
Sebagai seorang organisatoris yang teguh pada pendirian dengan pengalaman organisasinya yang segudang dan kepiawiannya dalam berinteraksi dengan para tokoh, beliau termasuk salah seorang dari pencetus ide pendirian Yayasan Al-Irsyad Bogor dan
beliau pula yang dimanahi jabatan sebagai Ketua yang untuk pertama kalinya dibentuk pada tanggal 28 Februari 1958 dihadapan Notaris di Kota Bogor, Yohannes Lukas Laurens Wenas.
Selama masa jabatannya sebagai Ketua Yayasan yang sekaligus merangkap jabatan sebagai Ketua Pimpinan Cabang atau yang pada masa itu masih dikenal dengan istilah DPC, Ami apang demikian seorang Ir. Hamid Abdullah Balfas yang juga Ketua PC Kota Bandung, dan merupakan salah seorang keponakannya memanggil beliau sepertiitu, al Ustadz Ja’far Balfas merupakan salah seorang inisiator dan pelopor berdirinya SMP Al-Irsyad Al-Islamiyyah dan sampai sekarang masih berkiprah yang didirikannya bersama sama dengan al Ustadz Hamid Hasan Al Anshory (alm), Ja’far Abdurrab Thalib (alm) dan Ali Salim Askar (alm) pada tanggal 1 Desember 1966.
Demikian pula pembentukan SMA Al-Irsyad yang pernah ada merupakan salah satu hasil dari buah fikiran beliau bersama sama dengan tokoh tokoh diatas yang dibentuknya pada tahun 1970. Tidak sedikit dari para alumni SMP dan SMA Al-Irsyad yang dibentuknya telah banyak melahirkan kader-kader Irsyadi dan kemudian memainkan peranan penting didalam memberikan kontribusinya bagi Perhimpunan, sebut saja diantaranya
seperti sekretaris PC kita Drs. Fauzi Thalib, Mansyur Balfas MBA, Faisal Munif, Ir. Said Al Ghan, Ir. Jamal Balfas MSc. (anak Ustadz Ja’far) , Ir. Najib Abdat, dan sederetan nama panjang lainnya.
Balai Pengobatan Umum Al-Irsyad Al-Islamiyyah atau Klinik Al-Irsyad yang sekarang kita kenal adalah salah satu dari monument atas jasa-jasanya, karena pada tanggal 16 September 1980, Yayasan Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang pada masa itu diketuai oleh Bapak Ali Azzan Abdat (alm), bersama-sama dengan Ustadz Hamid Hasan Al Anshory (alm), Bapak Ghalib Aziz, dan tokoh tokoh lainnya yang tidak disebutkan disini walaupun banyak jasanya (Jazakallah Khairan Katsiran) yang telah merintis pendirian Balai Pengobatan Umum Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang sampai dengan hari ini masih tetap ada.
Sebagai salah seorang tokoh penting di Al-Irsyad cabang Bogor, berbagai kegiatan Al-Irsyad ditingkat nasional-pun tak pernah absent beliau ikuti. Sejak penyelenggaraan Muktamar Al-Irsyad Al-Islamiyyah tahun 1940 yang berlangsung di kota Pekalongan, beliau hadir dan selalu diikutinya secara aktiv dalam berbagai kegiatan muktamar berikutnya, baik sebagai peserta penuh maupun peninjau. Dan telah banyak memberikan ide dan gagasanya sampai pada penyelenggaraan Muktamar ke 37 di Kota Bandung dan Muktamar ke 38 yang berlangsung di Cibubur, Jakarta. Bahkan, dalam resepsi penutupan
Muktamar ke 37 yang berlangsung di Gedung PUSDAI Bandung, beliau diberikan kehormatan untuk menutup secara resmi jalannya acara Mukatamar. Dan pada Muktamar ke 38 yang berlangsung di Cibubur Jakarta, beliau sebagai salah seorang tokoh Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah telah mendapatkan sebuah kehormatan untuk memberikan sambutan dan pengarahan dihadapan para muktamirin.
Meskipun beliau sebagai tokoh penting di Al-Irsyad, profesinya sebagai seorang dai telah beliau lakoni, terutama sejak tahun 1977 pada masa jabatannya sebagai Ketua Lajnah Da’wah Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Berbagai kegiatan Da’wah telah dijalaninya, baik sebagai Imam Tetap, Khatib maupun Penceramah terutama yang dipusatkan di Masjid milik Al-Irsyad, masjid At Taqwa di Pekojan. Dan bahkan pengajian untuk kaum Ibu yang berlangsung pada setiap hari senin dan jum’at pagi adalah pengajian yang beliau rintis dan hingga kinipun masih berlangsung. Madrasah Diniyyah yang awalnya berlangsung di lantai satu masjid, juga merupakan inisiatipnya. Penyelenggaraan Shalat Jum’at di Masjid At Taqwa juga merupakan salah satu dari keberaniannya yang pernah beliau wujudkan, karena banyaknya polemic dan tidak sedikit tokoh-tokoh tua yang menentang untuk pertama kalinya penyelenggaraan shalat jum’at berlangsung selain di Masjid Jami Agung Empang, Bogor.
Aktivitas beliau dalam pergerakan da’wah menjadikannya salah seorang tokoh pentolan Al-Irsyad yang di hormati di Kota Bogor, berbagai jabatan penting baik dalam kegiatan da’wah lewat politik pernah dilakoninya, dan terlibat secara aktiv melalui wadah partai politik Islam Masyumi dan PARMUSI di Kota Bogor. Salah seorang Ketua dan Penasehat MUI Kota Bogor, Khatib dan Pencermah tetap sekaligus salah seorang pendiri dan pengurus DKM Masjid Agung Pasar Anyar, Imam dan Khatib tetap di Masjid Balai Kota Bogor, demikian pula menjadi penceramah dan khatib jum’at dibeberapa masjid di Kota Bogor.
Sebagai seorang tokoh besar di Al-Irsyad yang berhak mendaptkan gelar sebagai Irsyadi 24 Karat ini, kita pantas memanjatkan doa untuk semua amal ibadah yang telah beliau tanamkan bagi generasi Al-Irsyad dimasa kini dan dimasa-masa yang akan datang. Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian kata pepatah. Pepatah tersebut tercermin dalam diri seorang Irsyadi seperti al Ustadz Ja’far Balfas. Karena pengalamannya yang cukup banyak dan berkesan, mau tidak mau kita akan mengaguminya dan kitapun patut menjadikannya sebagai suri tauladan. Maka tak heran, kalau beliau telah berkali kali diangkat sebagai salah seorang Anggota Majelis Istisariyyah Pimpinan Pusat Al-Irsyad
Al-Islamiyyah secara berturut-turut dalam Muktamar Bandung dan Jakarta.
Satu hal dari ucapan beliau yang selalu kita ingat “ Ana tidak pernah merasa tua kalau untuk Al-Irsyad”
Mudah mudahan keteladan beliau dapat diikuti oleh para Irsyadin terutama tokoh tokoh muda kita.
Allahu yatawil umrak ya ustadz haggana, Allah Maak!!
Disarikan untuk Media Al-Irsyad Bogor, oleh : Abdullah Abu Bakar Batarfie.
Al-Ustadz Muhammad Munief (alm) adalah Profil dari Tokoh Al-Irsyad Bogor yang telah mengabdikan dirinya untuk kepentingan dan  pengembangan Al-Irsyad secara keseluruhan baik untuk Al-Irsyad Bogor maupun untuk Al-Irsyad secara keseluruhan.
Berikut ini adalah tulisan yang dihimpun oleh Media Al-Irsyad Bogor untuk Website Al-Irsyad.
Tokoh kali ini yang diangkat adalah seorang Tokoh yang bukan saja ketokohannya hanya milik Al-Irsyad cabang Bogor, akan tetapi merupakan salah seorang tokoh Al-Irsyad berkaliber nasional. Atas jasanya yang besar terhadap Perhimpunan, Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah dalam Muktamarnya di Jakarta, 6 September 2007 telah menganugrahinya gelar Tokoh Pendidikan Al-Irsyad, dan karenanya photo beliau meruapakan salah satu tokoh yang telah diabadikan dalam seri perangko dalam rangka menyambut Mukatamar ke-38 oleh PT Pos Indonesia.
Bagi mereka yang pernah mengenyam pada bangku sekolah Al-Irsyad Bogor sebelum tahun 1975, tentu mereka akan mengenal lebih dekat dengan seorang tokoh kahrismatik yang memiliki peranan amat penting dalam Perhimpunan Al-Irsyad, terutama sekali dalam dunia pendidikan.
Sebagai salah seorang pendidik dan kepala sekolah Al-Irsyad Bogor sejak tahun 1930-an, al Ustadz Muhammad Munif merupakan tokoh yang bukan saja telah banyak melahirkan generasi pelanjut dari estafet kepemimpinan di Al-Irsyad Bogor, anak didiknya yang kini telah tersebar diberbagai pelosok cabang al-Irsyad di Indonesia, merupakan benih benih yang beliau tanam dan telah menjadi kader kader Irsyadi.
Asramanya yang terkenal, At Taujih Al-Islami yang berlokasi persis dibelakang rumah beliau di gang apu, bondongan Bogor. Adalah basis dimana beliau telah mencurahkan dan mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan, sebagai sebuah kesinambungan dari pemikiran ketauladanan gurunya, Syech Ahmad Surkati.
Tidak sedikit dari anak didik beliau yang pernah menghuni asaramanya, kini telah telah menjadi kader-kader irsyadi yang patut untuk dibanggakan. Sekaliber bang Lutfie Attamimi, bos majalah Islam Sabili, almarhum Maman Abdurrahman bin Sillim, mantan Sekretaris Wilayah Al-Irsyad Jabar, dan seabrek kader kader lainnya adalah mereka mereka yang pernah menghuni dan mendapatkan gemblengan alustadz di asramanya.
Tokoh tokoh Al-Irsyad Bogor seperti, ustadz Ja’far Balfas, Ustadz Usman Amir(alm), Ustadz Abdullah Karamah(alm), Ustadz Hasyim Askar (alm), Ustadz Ali Azzan Abdat (alm), hingga kepada DR. Ir. Said Harran, MSc, adalah sederet panjang dari murid murid beliau yang beruntung karena merasakan langsung pemikiran dan pemahaman surkati melalui gurunya, almaghfirlahu ustadz Muhammad Munif.
Sebagai alumnus madrasah Al-Irsyad di Jakarta yang telah mendapatkan didikan langsung syech Ahmad Surkati, alustadz Muhammad Munif memulai pengabdiannya dalam Perhimpunan dengan menjadi tenaga pengajar pada almamaternya, madrasah Al-Irsyad di Petojo Jaga Monyet, Jakarta. Akan tetapi dalam kurun waktu yang hanya beberapa tahun saja, dalam tahun 1930 beliau sudah harus memenuhi tugas barunya dengan menjadi tenaga pengajar pada madrasah Al-Irsyad di kota Bogor.
Kemajuan dan perkembangan madrasah Al-Irsyad Bogor, merupakan prestasi beliau yang layak dicatat dalam lembaran sejarah Al-Irsyad. Sebagai seorang kepala madrasah, al ustadz telah menerapkan penggunaan bahasa arab sebagai bahasa resmi dalam proses belajar mengajar. Maka tak akan heran, bila murid murid Al Irsyad kala itu mahir dalam berbahasa arab. Puncak kegemilangan madrasah Al-Irsyad yang dipimpinnya adalah, membludaknya jumlah murid yang tidak tertampung lagi dan telah memberinya ide kepada beliau untuk membuka sekolah filial pada tahun 1941 di jalan kebon jahe Bogor, kelak nama kebon jahe berubah dan sekarang menjadi jalan perintis kemerdekaan. Madrasah yang dinamakannya Al-Irsyad Boeitenzorg School tersebut, dirintisnya bersama keluarga al Bawahab dan keberadaanya kini hanya tinggal menjadi kenangan sejarah.
Setelah masa penugasan dan pengabdiannya untuk Al-Irsyad Bogor, al Ustadz sudah harus pula mendapatkan tugas barunya dengan menjadi gurus sekaligus kepala sekolah di Al-Irsyad Pekalongan. Dan di kota batik ini pula, kembali beliau menorehkan sejarahnya. Karena berkat ketekunannyalah alustadz mampu membangun gedung perguruan Al-Irsyad Pekalongan yang terkenal dengan gapuranya yang khas. Berkatnya pula Pekalongan kian terkenal, karena dari sinilah muncul gambar lambang Al-Irsyad. Menurut keterangan salah seorang alumni Al-Irsyad Pekalongan yang juga salah satu murid beliau, alm Letnan Kolonel Iskandar Idris dan juga ayah dari ahli forensic Indonesia, Abdul Mun’im Idris pernah menuturkan bahwa, Al Ustadz Muhammad Munif melemparkan ide merancang lambang tersebut kepada murid muridnya, hasil rancangan tersebut kemudian di editnya dan nampak hasilnya pada lambang yang sampai sekarang ini masih resmi dipergunakan sebagai logo Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
Mereka yang pernah ditempa oleh al ustadz pada madrasah Al-Irsyad Pekalongan, dan kelak telah menjadi orang terpenting dalam Perhimpunan Al-Irsyad seperti (alm) Ustadz Said Hilabi, mantan Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah dalam beberapa periode, ustadz Abdul Azis Basyarahil ayah dari bos Gema Insani Pers Umar Basyarahil, hingga KH Abdullah Jaidi yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah, adalah sederet panjang dari alumni Al-Irsyad Pekalongan yang mendapatkan didikan langsung dari alustadz Muhammad Munif.
Pengabdiannya terhadap dunia pendidikan di Al-Irsyad, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan al ustadz Muhammad Munif, dan karenanya beliau memang layak mendapatkan gelar seorang tokoh pendidikan dari Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Profesianya sebagai seorang pendidik yang beliau jalani adalah sebuah pengabdian. Mutasinya untuk siap dimintanya mengajar dimanapun, adalah hal yang biasa bagi beliau dan merupakan tantangan dalam memberikan sesuatu yang sangat berarti bagi dunia pendidikan di Al-Irsyad. Bukan hanya di Bogor dan Pekalongan, beliaupun pernah pula mengabdi dan memegang jabatan sebagai kepala sekolah Al-Irsyad di kota Solo. Salah satunya adalah bapak Ghalib Azis yang banyak berperan dalam Yayasan Al-Irsyad Bogor, merupakan salah satu dari sekian banyak alumni Al-Irsyad Solo yang telah mendapatkan didikan dari alustadz, demikian pula dengan ketua Yayasan Al-Irsyad Solo, Bapak Bisyir Mubarak Nahdi adalah salah satu alumninya yang beruntung mendapatkan didikan dari alustadz Muhammad Munif. Dan banyak lagi, bahkan se abreg yang tidak dapat disebutkan satu persatu dimedia ini.
Sekembalinya alustadz dari kota Solo, dan diangkatnya kembali alustadz sebagai guru yang juga sekaligus sebagai kepala sekolah Al-Irsyad Bogor. Beliau kemudian tampil menjadi salah seorang tokoh yang berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan gedung perguruan Al-Irsyad yang sekarang masih berdiri megah dan dipergunakan sebagai gedung SD-IT Al-Irsyad Al-Islamiyyah, di jalan sedane, Bogor. Jabatannya sebagai kepala sekolah atau yang dulu dikenal dengan nama SR Al-Irsyad Bogor, dipeganganya dari tahun 1960 hingga tahun 1965. disamping itu beliau adalah guru lanjutan dibeberapa tempat, termasuk sebagai dosen pada akademi bahasa arab di Jakarta.
Kiprah dan pengabdiannya dalam kegiatan organisasi Al-Irsyad, diawali ketika para alumni al-Irsyad atas saran dan ide Syech Ahmad Surkati untuk menyelenggarakan congres pendahuluan para alumni lulusan sekolah Al-Irsyad Jakarta, sebagai cikal bakal berdirinya Pemuda Al-Irsyad pada tanggal 11 Maret 1930. Dimana dalam congres pendahuluan atau voorlopig congres tersebut telah dibentuk Badan Eksekutif Komite Kongres Pemuda Al-Irsyad yang diketuai oleh Umar Nadji Bareba dan Muhammad Munif sebagai Sekretarisnya. Pembentukan Badan Eksekutif tersebut didasari dari niatan para alumni untuk mewadahi kaum muda Al-Irsyad didalam mengisi dan mengabdikan diri untuk Perhimpunan Al-Irsyad, yang sudah sejak awal masih didominasi kaum tua atau wulaiti.
Sebagai kelanjutan dari kongres tersebut, kemudian berlangsunglah Congres Pemuda Al-Irsyad pada tanggal 12 sampai dengan tanggal 13 Mei 1930 di Jakarta. Dan telah berhasil mendeklarasikan terbentuknya Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad atau Hoofdkwartier Al-Irsyad yang diketuai sendiri oleh Syech Ahmad Surkati, dan kongres juga telah berhasil membuat beberapa keputusan penting diantaranya adalah, menerbitkan majalah mingguan berbahasa arab dengan pemimpin redaksinya Muhammad Munif dan Ali Harharah.
Selama berturut turut dalam Rapat Umum Anggota yang berlangsung di gedung sekolah Al-Irsyad di Petojo Jaga Monyet, Jakarta, atau yang sekarang kita kenal dengan istilah Muktamar, yang berlangsung setiap tahun pada tanggal 27 Agustus 1938 dan Tanggal 15 Juli 1939, Muhammad Munif tampil dan duduk dalam kepengurusan Hoofdbestuur atau yang sekarang dikenal dengan istilah Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah sebagai Komisaris. Jabatan tersebut diamanahkannya kembali pada tanggal 1 Agustus 1954 melalui mekanisme reshuffle Pengurus Besar hasil Muktamar ke 28 di Surabaya yang telah mengangkat Ali Hubeis sebagai Ketua Umum PB Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
Bogor 20 Juni 2008, Dari Media Al-Irsyad Bogor.

Al-Ustadz Hamid bin Hassan al-Anshary

Beliau boleh dibilang sosok irsyadi yang tumbuh menjadi irsyadi sejak lahir, karena dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga Al-Irsyad 24 karat. Almarhum adalah putera salah seorang tokoh besar Al-Irsyad, Syech Hassan Hamid Al-Anshory, salah seorang tenaga pengajar pertama Al-Irsyad semasa Syech Ahmad Surkati di Batavia.
Ketokohan almarhum Hamid Hassan Al-Anshory memang tidak menasional, tapi tidak sedikit dari sejumlah tokoh-tokoh Al-Irsyad baik dalam jajaran pusat hingga ke daerah yang tidak mengenal dengan sosoknya yang bersahaja dan berpengetahuan luas ini.
Pengabdian dan Kiprahnya pada Al-Irsyad Bogor memiliki arti penting bagi perkembangan untuk kemajuan Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Almarhum adalah tokoh yang ikut membidani terbentuknya Yayasan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bogor, jabatan sebagai Sekretaris dalam struktur Yayasan ketika pertama kali dibentuk sejak tahun 1958, dijabatnya hingga tahun 1989.
Bukan saja dalam kepengurusan Yayasan, pengabdiannya untuk Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bogor diawalinya sejak 1950 dan duduk sebagai sekretaris cabang pada masa periode kepemimpinan almarhum Ustadz Umar Sulaiman Naji.
Selama dalam pengabdiannya untuk Al-Irsyad Bogor, banyak sudah kontribusi yang telah beliau berikan lewat ide-idenya. Salah satunya adalah dengan berdirinya SMP Al-Irsyad yang dirintisnya bersama-sama  dengan tokoh-tokoh Al-Irsyad Bogor pada tanggal 1 Desember 1966. Demikian pula pembentukan SMA Al-Irsyad Bogor yang pernah ada, merupakan saksi dari kiprah beliau yang dibentuknya pada tahun 1970. Kontribusinya yang amat berarti lainnya adalah, kerja keras almarhum untuk mendirikan Balai Pengobatan Umum atau Poliklinik Al-Irsyad Bogor yang sekarang kita kenal pada tanggal 16 September 1980.
Meski Ia sebagai salah seorang tokoh penting di Al-Irsyad Bogor, profesianya sebagai pendidik yang merupakan bakat menurun dari sang Ayah, tugasnya sebagai tenaga pengajar bahasa Arab tetap Ia lakoni. Kepiawiannya dalam bebahasa Arab pernah diungkapkan oleh salah seorang muridnya yang kini menjadi Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, KH Yusuf Supendi, Lc. “ salah seorang guru saya di Bogor , KH Hamid Al-Anshory punya kelebihan, bisa menerjemahkan bahasa Arab sama persis dengan terjemahan bahasa Indonesianya. Misalnya, bahasa Arabnya satu halaman maka terjemahan bahasa Indonesianya juga satu halaman. Saya tanyakan, berapa lama kalau mau bisa belajar bahasa Arab. Dia bilang, sekitar tiga tahun, “ kenangnya. ( Dai Parlemen – Bersih, Serius dan Merakyat, halaman 19,  penulis Hepi Andi Bastoni & Syaiful Anwar, penerbit Pustaka al Bustan tahun 2006 ).
Kegemarannya membaca membuat Ia banyak memilki wawasan yang sangat luas tentang berbagai hal, demikian pula penguasaan bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan Belanda juga dikuasai oleh Almarhum Ustadz Hamid Hassan Al-Anshory. Maka tak heran, sederetan kitab/buku, serta majalah banyak menghiasi rumahnya dan dengan setia menemani hidupnya hingga kedua matanya telah buta. Ketelitiannya dalam mengumpulkan serta menyimpan dokumen yang bernilai historisy, sangat berguna bagi Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Buah penanya telah melahirkan tulisan yang sarat dengan sejarah, khususnya sejarah Al-Irsyad. Sebuah manuskrip yang diberinya judul “Selajang Pandang Perdjoangan Al-Irsjad Pada Zaman Keemasannja “ yang diterbitkan pada bulan Agustus tahun 1964, ikut menambah perbendaharaan khazanah sejarah Al-Irsyad. Buah penanya yang lain, “ Sejarah Singkat Al-Irsyad Bogor “ ditulisanya pula dalam bentuk manuskrip pada tahun 1983.
Kini almaghfirullah Ustadz Hamid bin Hassan Al-Anshory telah wafat meninggalkan kita semua, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para penerus jejak perjuangannya, beliau meninggal dunia pada Hari Jum’at, Tanggal 4 Agustus tahun 2000, pukul 21.00 WIB di Rumah Sakit Asy Syifa, Kota Sukabumi dalam usia 68 Tahun. Dirumahnya yang sederhana, jenazah Almarhum Ustadz Hamid dibawa dan dimakamkan dipekuburan waqaf Lolongok, yang berada dalam kawasan Empang Bogor, pada Hari Sabtu, Tanggal 15 Agustus 2000, pukul 10 pagi. Ustadz Ja’far Balfas, kawan seperjuangan Almarhum telah melepas kepergiannya kepada yang Maha Pencipta atas nama Jum’iyyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, serta menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasa dan amal usaha Almarhum terhadapa kiprahnya untuk Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah, khususnya cabang Bogor .
“ hari ini kita telah kuburkan yang bukan saja sesosok manusia dengan tubuhnya yang telah terbujur kaku, tapi bersamaan dengan penguburan jenzahanya, kita kuburkan juga perpustakan ilmu didalamnya, setelah sebelumnya hal yang sama telah kita kuburkan pula perpustakaan-perpustakaan lainnya para syuhada Al-Irsyad seperti ; Alm Ustadz Hassan Al-Anshory, Alm Ustadz Shultan Tebe, Alm Ustadz Abdullah Neheim Bawazir, Alm Ustadz Umar Bawazir, Alm Ustadz Umar Naji, Alm Ustadz Muhammad Munif, Alm Ustadz Ahmad Ghalib Tebe, Alm Ustadz Hasyim Askar, dan Alm Ustadz Atmawijaya. Dan harapan selanjutnya adalah, akan tumbuh sayyid-sayyid baru yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan Al-Irsyad dimasa-masa yang akan datang “.
Demikian salah satu isi ungkapan yang telah disampaikan oleh Ustadz Ja’far Balfas dalam do’a penguburan Almaghfirullah Ustadz Hamid Hassan Al-Anshory.
Kini sang pengabdi tersebut telah kembali pada sang khaliq meninggalkan sesuatu yang amat bermakna dan teramat penting bagi al-Irsyad, marilah kita sama-sama berdo’a semoga Almarhum Ustadz Hamid dan sederetan nama-nama yang telah disebutkan oleh Ustadz Ja’far dalam penguburannya, mendapatkan kedudukan yang tertinggi dihadapan Allah SWT, Bi Khusnul Kahtimah. Dan hendaknya kita semua menarik pelajaran dan iktibar dari peristiwa tersebut, semoga akan tumbuh perpustakaan-perpustakaan baru lainnya. Allahummaghfirlahu, warhamhu, wa afihi wa fuanhu.
Bogor 18 Juli 2008, Dari Media Al-Irsyad Bogor dan ditulis oleh Abdullah Abubakar Batarfie.

Sumber :
https://alirsyadbogor.wordpress.com/2013/08/19/tokoh-al-irsyad-kota-bogor/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar